Cerdas, Kreatif dan Santun
Gambar: Pertumbuhan anak dari waktu ke waktu.
Stunting adalah masalah kegagalan tumbuh kembang pada anak. Penyebab utama terjadinya stunting adalah kekurangan gizi dalam waktu lama. Secara fisik stunting ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Stunting dapat membatasi kemampuan fisik anak secara permanen. Dampak stunting tidak berhenti pada aspek kesehatan, tetapi juga aspek kecerdasan anak. Geografi pada sesuatu wilayah dapat mempengaruhi angka stunting pada suatu wilayah.
Berdasarkan cara terjadinya, penyebab stunting terbagi menjadi dua yaitu, secara langsung dan secara tidak langsung. Penyebab stunting secara langsung adalah masalah kekurangan gizi dan terdapat penyakit infeksi pada ibu dan anak. Orang tua perlu memberikan asupan gizi terbaik pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Stunting juga bisa terjadi karena penyebab tidak langsung. Lingkungan dan buruknya fasilitas yang terdapat pada suatu wilayah dapat menyebabkan stunting. Dengan adanya keadaan eksternal yang buruk maka seorang anak dapat terkena stunting. Penyebab langsung dan tidak langsung tersebut di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor yang meliputi pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan.
Sederhananya ada empat masa pertumbuhan yang perlu diperhatikan untuk mencegah stunting di masa yang akan datang. Dimulai dari masa remaja putri, Ibu hamil sampai bersalin, Ibu menyusui, dan bayi usia 6-24 bulan. Pada masa remaja putri perilaku spesifik yang perlu di lakukan ada minum tablet tambah darah. Ketika di masa hamil hingga bersalin hal yang dilakukan antara lain: Minum Tablet Tambah Darah (TTD) atau makan Ati, Telur, Ikan (ATIKA), melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan, dan mencegah terkena malaria. Pada masa ibu menyusui di anjurkan untuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD), memberi ASI ekslusif, dan mengunjungi Posyandu secara rutin. Dalam merawat bayi usia 6-24 bulan haruslah memberikan ASI sampai 2 tahun dan memberikan Makanan Pendukung (MP) ASI.
Gambar: Angka Prevalensi Stunting di Kab.Bintan melalui E-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) Tahun 2021 per Desa/Kelurahan.
Jarak berupa perairan antara desa-desa tersebut dengan daratan utama. Desa Mantang Baru memiliki jarak 3,7 Km dari daratan utama. Desa Kampung Melayu memiliki jarak 377 Km dari daratan utama. Desa Pengikik memiliki jarak 387 Km dari daratan utama. Desa-desa tersebut memang secara jarak absolut berada sangat jauh. Namun, secara bersamaan jaraknya yang jauh dari daratan utama menyebabkan sulitnya pengaruh negatif dari luar untuk masuk. Pada awalnya kebutuhan anak akan makanan bergizi sudah ada dari dahulu. Dampak negatif globalisasi merupakan salah satu penyebab berubahnya pola makan pada anak. Tanpa dipengaruhi globalisasi desa-desa tersebut tidak mengalami prevalensi stunting sama sekali.
Seluruh desa tersebut hanya bisa dijangkau melalui transportasi laut tetapi secara komunikasi sudah terjangkau dengan cukup baik. Hal tersebut telah menyebabkan akses dari luar secara besar-besaran ataupun hal bersifat negatif menuju wilayah tersebut menjadi sulit. Anak-anak pada masa saat ini yang berada pada daerah yang mudah dijangkau telah sangat mudah untuk mengkonsumsi makan yang tidak baik untuk kesehatan. Berbeda dengan yang anak-anak yang tinggal di daerah terpencil. Apa yang mereka makan sangat bergantung dengan apa yang orang tuanya sajikan. Tentunya rata-rata orang tua menyajikan makanan yang menyehatkan untuk anaknya.
Seluruh wilayah pada desa-desa tersebut dikelilingi oleh laut. Rata-rata profesi yang ditekuni pada desa-desa tersebut adalah nelayan. Nilai guna berupa laut yang berada di sekitarnya sangat bermanfaat. Pada daratan utama salah satu profesi rata-ratanya adalah petani karena tanah yang subur memiliki nilai guna yang tinggi bagi mereka. Faktanya rata-rata pendapatan nelayan tercatat sebesar Rp3,85 juta/bulan. Sedangkan rata-rata pendapatan yang diterima petani milenial sebesar Rp1,4 juta/bulan. Dengan pendapatan yang lebih kecil, rata-rata ibu rumah tangga yang tinggal di daratan utama juga ikut mencari nafkah. Waktu yang seharusnya dipakai untuk melihat tumbuh kembang anaknya, dikorbankan meringankan beban suaminya. Ketika penghasilan dari suami saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan. Maka, tidak ada alasan kuat mengapa istri juga harus berkerja dan merelakan waktu bersama buah hatinya dalam melihatnya berkembang.
Stunting adalah masalah tumbuhan kembang yang ditandai dengan tinggi tubuh yang lebih rendah dari seharusnya. Penyebab dari stunting sangat beragam dan pencegahannya bisa dilakukan dari masa remaja. Walaupun secara jarak dan keterjangkauan desa-desa tersebut sulit dijangkau. Namun, itulah yang menyelamatkan desa tersebut dari pengaruh negatif dari luar. Dengan adanya perbedaan nilai guna dari suatu sumber daya juga mempengaruhi pendapatan rata-rata suatu profesi di suatu wilayah. Seorang ibu sudah seharusnya lebih memprioritaskan tumbuh kembang anaknya dari pada penghasilan. (zk)
Komentar (0)